Jumat, 03 Januari 2014

Mohamad Habibi/FIK/UNESA SISTEM RANGKA


PENDAHULUAN UMUM SISTEM RANGKA

A.     ORGANISASI SISTEM RANGKA               
Rangka manusia dewasa tersusun daritulang-tulang (sekitar206 tulang) yang membentuk suatu kerangka tubuh yang kokoh.walaupun rangka terutamatersusun dari tulang,rangka disebuah tempat dilengkapi dengan kartilago.untuk kepengtingan ilmu pengetahuanrangka kemudian digolongkan menjadi rangka arsial,rangka apendikular,dan persendian antar tulang.
1.      Rangka arsial terdiri dari 80 tulang yang membentuk aksis pada tubuh dan melindungi organ-organ pada kepala,leher,dantorso.
a.      Kolumna vertebrata(rangka tulang belakang) yang terdiri dari 26 vertebrata
b.      Tengkorak diseimbangkan pada kolumna vertebrata
·         Tulang cranial
·         Tulang wajah
·         Enem tulang auditori(telinga)
·         Tulang hyoid
c.       kerangka toraks (rangka iga) meliputi tulang-tulang iga dan num yang membungkus dan melindungi organ-organ toraks.
2.      Rangka apendikular terdiri dari 126 tulang yang membentuk tungkai dan tulang pectoral serta tonjolan pelvis yang menjadi pelekat lengan dan tungkai pada rangka aksial.
3.      Persendian adalah artikulasi dari dua tulang atau lebih.

A.     Komposisi jaringn tulang
1.      Tulang terdiri sel-sel dan  matriks ekstra seluler. Sel-sel tersebut adalah osteosit, osteoblas, dan osteoklas.
2.      Matriks tulang terdiri dari serat-serat kolagen dan garam-garam anorganik.
3.      Tulang cancellus dan tulang kompak.

B.      Anatomi tulang panjang yang tipikal. Ciri-cirinya:
1.      Diafisis: tersusun dari tulang kompak silinder tebal yang membukus medulla atau rongga sumsum sentral yang besar.
2.      Epifisis: ujung-ujung tulang yang membesar sehingga rongga-rongga sumsum dengan mudah bersambungan.




C.      Perkembangan tulang osteogenesis
Pertumbuhan dan perkembangan tulang merupakan suatu proses pembentukan tulang dalam tubuh. Ada 2 jenis pembentukan tulang yaitu
1.      Osifikasi intramembranosa: terjadi secara langsung dalam jaringan masenkim janin dan melibatkan proses penggantian membran (masenkim yang ada ). Proses ini terjadi pada tulang pipih tengah
2.      Osifikasi indokondral: terjadi melalui penggantian model kartilago yang terjadi dalam model kartilago hialin kecil pada janin.

D.     Reorganisasi tulang
1.      Tulang mempertahankan bentuk eksternalnya selama proses penggerakan tulang (oleh osteoblas) dan proses resorbsi( oleh osteoklas) yang terjadi pada permukaan dan di dalam tulang.
2.      Tulang adalah jaringan plastic yang hidup. Tulang mengadaptasi bentuk dan arsitekturnya terhadap stress yang di kendalikan oleh factor-faktor hormone.

E.      Perbaikan faktur : sel dan matriks tulang tidak mampu memperbaiki sendiri secara langsung tanpa   bantuan jaringan saat pada waktu bersamaan dengan terjadinya cedera.

F.       Klasifikasi tulang menurut bentuknya
1.      Tulang panjang
2.      Tulang pendek
3.      Tulang pipih
4.      Tulang ireguler
5.      Tulang sesamoit

G.     Karakteristik permukaan tulang.
Berbagai karakteristik permukaan tulang dapat terlihat karna permukaan tulang merupakan tempat pelekatan otot, ligament, atau tendon.





I.                    ANATOMI RANGKA : RANGKA AKSIAL
Terdiri dari tulang-tulang dan bagian kartilago yang melindungi dan menyangga organ-organ kepala, leher dan dada. Bagian rangka aksial meliputi tengkorak, tulang hyoid, asikel auditori, kolumna vertebra, sternum dan tulang iga.
A.     TENGKORAK tersusun dari 22 tulang: 8 tulang kranial dan 14 tulang wajah:
1.      Tulang kranial. Terdiri atas :
·         Tulang frontal
·         Tulang pariental
·         Tulang oksipital
·         Tulang temporal
·         Tulang etmoit
·         Tulang sfenoit
·         Oksikel auditori
·         Tulang wormian
2.      Tulang-tulang wajah terdiri atas :
·         Tulang-tulang nasal
·         Tulang-tulang palatum
·         Tulang-tulang zigomatik
·         Tulang-tulang maksilar yang membentuk rahang atas
·         Tulang lakrimal
·         Tulang fomer
·         Konka nasal inverior atau turbinatum
·         Mandibula
3.      Tulang hyoid  adalah tulang yang berbentuk kapal kuda yang unik karna tidak berartikulasi dengan tulang yang lain. Tulang ini di topang oleh ligamen dan otot dari prosesus stiloideus temporal.
4.      Sinus paramasal. Terdirti dari ruang-ruang udara dalam tulang tengkorak yang berhubungan dengan rongga nasal.

B.      VERTEBRA
1.      Kolumna vertebra menyanggah berat tubuh dan melindungi medulla spinalis
2.      Struktur kas vertebra :
·         badan atau sentrum
·         lengkung saraf
·         prosesus spinosa
·         prosesus transversa
·         prosesus pngartikulasi inverior dan prosesus pengartikulasi superior
3.      variasi regional pada karakteristik vertebra
·         semua vertebra serviks memiliki foramina transversal untuk lintasan arteri vertebra.
1.      Atlas:vertebra pertama dan tidak memiliki badan
2.      Aksis: vertebra kedua dan memiliki prosesus odontoid yang menonjol ke atas
3.      Vertebra serviks ke tujuh memiliki prosesus spinosa yang panjang
·         Vertebra toraks memiliki prosesus spinosa panjang yang mngarah ke bawah
·         Vertebra lumbal merupkan vertebra terpanjang dan terkuat.
·         Sacrum  adalah tulang triangular
·         Koksiks adalah tulang ekor yang menyatu dan beratikulasi dengan ujung sacrum
4. lengkung pada kolumna vertebra
·         lengkung primer yang berbentuk c pada area toraks dan pelvis selama pertumbuhan janin
·         lengkung sekunder terbentuk pada spina serviks setelah kelahiran si bayi
·         lengkung abnormal dibagi menjadi 3:
-          Skoliosis
-          Givosis
-          Lordosis
5. gangguan pada vertebra
§  Diskus terherniasi
§  Spinabivida
6. tulang sternum dan iga
Ø  Sternum atau tulang dada terbentuk dalam 3 bagian yaitu
Manobrium atas, manobrium badan(gladiolus), dan prosesus sivoid
Ø  Tulang iga terdiri atas 12 pasang tulang yang beratikulasi kearah posterior.
1.      7 pasang tulang yang pertama adalah iga sejati
2.      3 pasang tulang selanjutnya adalah iga semu
3.      2 pasang selanjutnya adalah iga melayang



='t�3.ai �� x� y;line-height:150%;tab-stops:27.0pt'>Memonitor Mekanisme Produksi Energi
Memonitor mekanisme produksi energi masuk akal jika peritiwa yang terjadi spesifik. Jadi latihan kompetisi harus dianalisis untuk membangun mekanisme yang membatasi performan dalam kompetisi. Nilai yang diperoleh mungkin menyebar tergantung pada even.

Diagnostik Laktat Dalam Monitoring Latihan
       Dalam event endurans, diagnostik laktat merupakan alat yang diakui untuk memperoleh informasi terhadpa perubahan energetika otot yang berkembang karena latihan. Untuk tujuan ini, uji lapangan even spesifik dielaborasi. Hasil utama tes ini adalah kurva laktat/kecepatan yang memberikan kemungkinan untuk mengkarakterisasi individu khususnya dari pola laktat selama berlari, bersepeda, berenang atau mendayung dengan meningkatkan kecepatan.
Titik utama bukan untuk mengekstrapolasi intensitas latihan pada 2,0;  4,0; atau 8,0 mmol/L laktat. Ide untuk mendeteksi pergeseran kurva keseluruhan setelah sebuah tahapan latihan, periode atau tahun. Pergeseran ini secara spesifik berkaitan dengan latihan yang digunakan.
Pada pelari maraton, latihan aerobik meningkatkan ambang anaerobik dan membuat kurva lebih flat daripada pelari jarak menengah. Atlet spesialisasi even aerobik-anaerobik ambang anaerobik lebih rendah daripada pelari maraton tapi kurva timbul di atas ambang anaerobik yang disarankan. Pada pelari jarang menengah, perbedaan dari kurva pelari maraton sangat mencolok. Ambang anaerobik mereka lebih rendah tapi peningkatan laktat selama latihan di atas ambang anaerobik yan lebih mencolok.

VO2 maks. Dalam Monitoring Latihan
Penentuan reguler power aerobik bermaksud untuk evaluasi efektivitas latihan endurans, khususnya pada atlet spesialisasi dalam latihan aerobik-anaerobik. Contoh dinamika VO2 maks selama karir olahraga dua orang atlet ski cross-country terbaik Lituanian ditampilkan pada gambar 7.12. Atlet ski pria VO2 maks dimonitor pada usia 21 hingga 31 tahun dan perempuan pada usia 20 sampai 29 tahun.
Informasi dari hasil monitoring VO2 maks selama latihan setahun pada atlet even aerobik-anaerobik adalah penting. Namun ambilan oksigen maksimal tersebut bukanlah sebuah indikasi universal dari level performans. Power aerobik meningkat adalah kebutuhan tapi bukan kondisi utama untuk sebuah level performans yang tinggi dalam event maratron dan ultramaraton. Signifikansi VO2 maks adalh moderat pada sprinter dan atlet-atlet power. Jadi penurunan VO2 maks. untuk onset kompetisi dan selama periode ini adalh fenomena biasa. Meskipun demikan perlu untuk membedakan apakah penurunan VO2 maks terkait dengan peningkatan performan tertentu dalam even power dan sprint.  Jika performan juga berkurang, satu hal harus dipikirkan yaitu ketidakmampuan adaptasi tubuh sehingga penurunan VO2 maks harus diperhitungkan. Namun evaluasi reduksi VO2 maks selama periode kompetisi belum dielaborasi.
Problem khusus dari monitoring VO2 maks timbul dalam event-event adalah kompetisi berakhir beberapa jam tapi kejelasan tanggungjawab gerak efektif memerlukan output power, kecepatan, dan kapasitas anaerobik yang tinggi. Selama menit-menit istrahat setelah pergeseran, restitusi tergantung pada laju proses oksidasi sehingga ditentukan oleh suplai oksigen ke otot.
Penting untuk dipertimbangkan bahwa informasi VO2 maks diimplementasikan terutama untuk latihan yang melibatkan sistem transportasi oksigen yang tidak berkaitan dengan efek latihan terhadap potensial oksidasi serat otot. Jadi pada event endurans, kedua parameter, yaitu VO2 maks dan diagnostik laktat harus dimonitor.


Menilai Efek-efek Latihan Lainnya
Latihan memerlukan banyak informasi daripad adata tentang peningkatan power dan kapasitas sistem produksi energi. Dalam beberapa kasus, sejumlah informasi yang memadai tentang efek latihan telah diperoleh dengan menggunakan tes motor fitnes. Dari adaptasi metabolik, informasi yang sangat bernilai adalah cadangan energi dan apa yang terjadi dalam otot terutama pada resistif tinggi dan training power. Namun informasi valid hanya dapat diperoleh melalui sampling biopsi. Akibatnya, kemungkinan lain adalah menggunakan tes strength, tes power dan tes karakteristik kontraksi otot dan pengukuran hipertrophy otot dengan bantuan scaning ultrasonik.
Untuk even-even prolonged, penting untuk diketahui hubungan antara proses anaerobik dengan sparing glikogen dengan bantuan transfer ke penggunaan lemak. Untuk mengecek fenomena crossover tersebut, level laktat dan asam-asam lemak bebas harus diukur selama latihan prolonged pada berbagai intensitas.
Respon-respon hormonal mengandung informasi-informasi penting berkaitan dengan mobilisasi bahan-bahan sumber energi. Studi hormonal sngat bermanfaat untuk tujuan: (1) menentuikan level insulin selama latihan prolonged berkaitan dengan lipolisis jaringan, (2) mengukur besar respon katekolamin pada pelari sprint untuk mengetahui interferensi epinefrin denan kontrol otomoatik selular untuk meningkatkan mobilisasi glikogen otot, (3) untuk menentukan stabilitas respon hormon yang mengontrol mobilisasi bahan untuk energi dengan melakukan pengukuran ulang konsentrasi hormon, (4) untuk menentukan level basal testosteron untuk menilai kemungkinan bahwa hormon tersebut mendukung efektivitas upaya fungsi aparatus neuromuscular untuk performan yang tinggi dalam evan-even strength dan power. Jadi kesimpulannya, efek latihan terhadap adaptasi metabolik dan fungsi endokrin mungkin dinilai meskipun hanya untuk analisis ekstensif bukan untuk monitoring yang luar biasa.          
  
Summary
Power dan kapasitas mekanisme energi menyatakan kriteria esensial dari kapasitas performan dalam beberapa even olahraga. Asesmennya merupakan tugas penting dalam memonitor latihan. Dalam evaluasi power aerobik, pendekatan yang cocok adalah menentukan ambilan oksigen maksimal yang mencirikan laju transport oksigen ke otot yang sedang bekerja dan ambang anaerobik yang mencirikan output power terrtinggi pada fosforilasi oksidatif tanpa tambahan penggunaan energi anaerobik. Cara langsung untuk mengukur ambang anaerobik  terdiri dari menilai laktat maksimal pada steady state. Asesmen ambang anaerobik melalui dinamika laktat selama latihan incremental juga bernilai. Hasil yang paling ajeg ditemukan dalam analisis kurva peningkatan laktat diplit terhadap output power.
Komplikasi terjadi berkaitan dengan estimasi kapasitas aerobik. Asesmen kapasitas total tubuh untuk fosforilasi oksidatif secara praktik tidak mungkin dilakukan. Dalam aplikasinya, asesmen kapasitas latihan aerobik-anaerobik untuk laju tertinggi dari latihan yang dilakukan pada fosforilasi oksidatif dan untuk latihan yang dilakukan pada oksidasi lipid lebih penting.
Untuk evaluasi glikogenolisis anaerobik, perhatian harus tertuju pada tes Wingate, tes jumping berlanjut Bosco dan tes-tes lain serupa terdiri dari latihan pada kemungkinan laju tertinggi untuk 30 sampai 90 detik. Penentuan nilai output power laktat meningkat jika laju akumulasi laktat diestimasi. Pengukuran yang tepat laju akumulasi laktat menyediakan kemungkinan terbaik untuk asesmen power glikogenolisis anaerobik. Uji kapasitas gelikogenolisis anaerobik merupakan kemungkinan konsentrasi laktat paling tinggi dalam darah yang harus ditentukan. Kemungkinan tersebut disediakan melalui uji degan bantuan latihan intensitas tinggi berulangkali dengan waktu istrahat pendek (uji interval).
Pendekatan tak langsung untuk asesmen power mekanisme fosfokreatin adalah penentuan output power terrtinggi pada lari staircase short-term atau pada vertical jump maksimal, yang kontinyu selama 5 detik. Metode terbaik untu asesmen mekanisme kapasitas fosfokreatin adalah menentukan kehilangan fosfokreati dalam otot yang bekerja keras dengan sampling biopsi. Cara tak langsung adalah merekam dinamika output power (seperti kecepatan gerak) latihan short-term pada intensitas maksimal.     
Penentuan konsentrasi amonia, asam urat atau hipoksantin dalam plasma darah menyediakan kemungkinan terbatas untuk mengkarakterisasi mekanisme myokinase. Penentuan produk degradasi AMP yang signifikan terdiri dari kemunginan untuk mendapatkan informasi apakah resintesis ATP setelah degradasi ATP menjadi ADP.
Hal paling esensial adalah menentukan titik crossover terkait dengan penggunaan lipid melawan karbohidrat sebagai substrat oskidatif. Informasi penting memberikan penentuan simultan laktat dan asam lemak bebas (atau gliserol) dalam plasma darah selama latihan prolonged.
Beberapa kemungkinan terjadi untuk evaluasi efek-efek latihan terhadap fungsi endokrin dan kontrol metabolik hormonal. Kemungkinan-kemungkinan tersebut mungkin penting dalam menjawab pertanyaan terkait dengan adaptasi metabolik dalam latihan.  
  
MsoN� <5lsx� hp� t-align:justify;text-indent:27.0pt;line-height: 150%;tab-stops:27.0pt'>Metode asesmen terhadap metabolik dewasa ini sudah banyak dilakukan dalam fisiologi olahraga namun terbatas implementasinya di lapangan. Pada umumnya metode atau teknik masih sulit diterapkan di lapangan dan hanya untuk dilakukan di laboratorium atau untuk studi klinik. Hal utama yang membatasi penggunaan metode atau teknik asesmen tersebut adalah teknik sampling, seperti biopsi otot. Teknik biopsi otot banyak digunakan namun karena menggunakan jarum maka kurang praktis untuk digunakan di lapangan olahraga. Pada sampling studi reseptor hormon, teknik biopsi sulit digunakan karena memerlukan sampel dalam jumlah yang besar. Studi pada beberapa jaringan lain, seperti hepatik dan adiposa hanya dapat digunakan di laboratorium untuk studi klinik. Namun kombinasi teknik tersebut dengan teknik lain, seperti penggunaan isotop radioaktif memberikan banyak informasi atau data yang dapat diakses sehingga menjadi lebih akurat. Disamping harus memilih metode atau teknik yang tepat, peneliti juga harus memilih metabolit dan jaringan yang akan dimonitor. Penentuan metabolit merujuk pada perubahan yang terjadi akibat dari latihan. Adapun jaringan akan merujuk pada jaringan yang aktif bekerja untuk mengetahui apa yang terjadi di jaringan tersebut. Untuk itu diperlukan pengetahuan yang memadai untuk memahami jalur-jalur metabolik. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar